Kehamilan Ektopik

I. Gawat Darurat hamil muda

  • KEHAMILAN EKTOPIK
1. Pengertian
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang berlangsung ( bernidasi ) di luar endometrium yang normal ( kavum uteri ). Kehamilan ekstrauterine adalah kehamilan di luar batas uterus, sedangkan kehamilan heterotopik adalah hamil intrauterine dan hamil ektopik yang terjadi bersama- sama.
2. Lokasi Kehamilan Ektopik
Kebanyakan kehamilan ekstrauterin terjadi pada Tuba Falopii ( gestasi ektopik ), tetapi jarang ovum yang fertile berimplantasi pada permukaan ovarium atau serviks uterin. Sangat jarang ovum yang fertil berimplantasi pada omentum ( kehamilan abdominal ).

Fungsi normal tuba adalah transportasi ovum, spermatozoa dan zigot ; tempat terjadinya konsepsi; tumbuh kembang zigot menjadi blastokis untuk siap melakukan nidasi pada endometrium; dan menjadi tempat transportasi hasil konsepsi menuju uterus untuk nidasi.
Lokasi kehamilan ektopik meliputi kehamilan tuba ( interstisial, ampula tuba, istmus tuba, osteum tuba eksternum ), kehamilan servikal, kehamilan ovarium, kehamilan abdomen (primer implantasi, sekunder implantasi ), kehamilan intralegamenter ( di ligamentum rotundum ).

3. Gejala dan Penyebab
Bentuk kehamilan apabila masih utuh akan ada rasa sakit atau tidak nyaman. Namun bila sudah pecah menimbulkan perdarahan intraabdominal. Gejala klinisnya meliputi TRIAS gejala klinik ( amenorhoe, nyeri pada perut, perdarahan intraabdominal dan transvaginal ), terdapat tanda kehamilan ( tanda sekunder kehamilan ( mamae menegang ), morning sickness, emesis gravidrum, peningkatan beta hCG ( 200 mUI/liter ). Kehamilan abdominal menunjukan gejala janin masih hidup atau sudah meninggal, janin teraba di bawah kulit, nyeri saat janin bergerak, dan pada pemeriksaan dalam terdapat uterus yang kosong.
Penyebab terjadinya kehamilan ektopik adalah kegagalan fungsi tuba ( salpingitis kronis , endometriosis, tekanan tumor, tuba elongasi sehingga hasil konsepsi sudah siap nidasi di tuba, infeksi asenden ke IUCD ) atau perlekatan tuba sehingga saluran menyempit atau buntu ( infeksi menahun, endometriosis ).
4. Diagnosis
Diagnosis kehamilan ektopik diperoleh dari terdapatnya trias kehamilan ektopik, terdapat kenaikan beta hCG ( 200 mIU/ liter ), dan pada pemeriksaan fisik terdapat cairan bebas di kavum abdominalis dengan nadi meningkat, dapat terjadi syok, dan tanda Cullen. Sedangkan pada pemeriksaan dalam CD menonjol dan nyeri, serviks nyeri goyang, nyeri pada tuba dengan hamil ektopik dan teraba tumor. Diagnosis diferensial untuk keadaan ini meliputi penyakit radang pelvis ( pelvic inflammatory disease, PID ), perdarahan saat ovulasi, komplikasi kista ( torsi kista, perdarahan kista ovarii, infeksi kista ovarii ), torsi mioma uteri bertangkai, dan apendisitis akut.
5. Hasil Kehamilan
Kematian kehamilan ektopik terjadi bila ada perdarahan kehamilan tuba interstisial yang menimbulkan perdarahan banyak dan mendadak, infeksi sampai sepsis atau syok septic, atau kelambatana melakukan rujukan.
Pada kebanyakan kasus, kehamilan berakhir antara minggu ke-6 dan ke-10 dalam salah satu dari beberapa cara.
Abortus Tuba
Abortus tuba terjadi 65 % dari kasus dan biasanya terminasi pada implantasi fimbria dan ampula. Hemoragi ringan berulang dari area dinding tuba yang diinvasi melepaskan ovum yang mati.

6. Penatalaksanaan
Penatalaksanan terhadap kehamilan ektopik meliputi :
1. Non- bedah ( tanpa operasi )
a. Observasi beta hCG ( bila menurun berarti kehamilan mati dan diabsorpsi )
b. Pengobatan dengan metotreksat pada kehamilan ektopik utuh atau abdomen.
2. Tindakan operasi hamil ektopik
a. Salfingektomi
b. Salfingostomi
c. Histerektomi
d. Laparotomi untuk mengeluarkan kehamilan abdominal
Tugas bidan mengahadapi kehamilan ektopik adalah :
a. Menegakkan diagnosa kehamilan
b. Segera melakukan rujukan sehingga dapat tertolong dengan segera
c. Saat melakukan rujukan sebaiknya dilakukan pemasangan infuse sebagai pengganti darah yang hilang. Bila mungkin ikuti atau antar ke rumah sakit yang dapat memberi pertolongan operasi.
II. Gawat Darurat trimester 2 & 3
  • KEHAMILAN LEWAT WAKTU
1. Pengertian
Kehamilan lewat waktu berarti kehamilan yang melampaui usia 292 hari ( 42 minggu ) dengan gejala kemungkinan komplikasinya. Nama lain kehamilan lewat waktu adalah kehamilan serotinus, prolonged pregnancy atau postterm pregnancy.
Sebab terjadinya kehamilan lewat waktu adalah ketidakpastian tangal haid terakhir, terdapat kelainan congenital anensefalus, dan terdapat hipoplasia kelenjar adrenal.
2. Komplikasi
Komplikasi dapat mengenai ibu dan janin. Komplikasi pada ibu meliputi rasa takut akibat terlambat lahir dan rasa takut menjalani operasi dengan akibatnya “ trias komplikasi ibu “. Sedangkan komplikasi pada janin meliputi :
a. Oligohdramnion. Air ketuban normal usia 34 – 37 minggu adalah 1000 cc, aterm adalah amnion kental, mekoneum diaspirai oleh janin, asfiksia, gawat janin intrauterine. Pada inpartu, aspirasi air ketuban, nilai apgar rendah, terjadi sindrom gawat janin, dan bronkus paru tersumbat yang menimbulkan atelektasis.
b. Janin diwarnai mekoneum. Mekoneum keluar karena refleks vagus terhadap usus. Peristaltik usus dan terbukanya sfingter ani membuat mekoneum keluar. Aspirasi air ketuban serta mekoneum dapat menimbulkan gangguan pernafasan bayi- janin, gangguan sirkulasi bayi setelah lahir dan hipoksia intrauterine sampai kematian janin.
c. Makrosemia. Dengan plasenta masih baik terjadi tumbuh-kembang janin dengan berat 4500 gram disebut makrosemia. Akibat kondisi ini pada perasalinan ( tindakan operasi seksio sesarea, trauma persalinan operasi vaginal karena distosia bahu ) dapat menimbulkan kematian bayi dan trauma jalan lahir ibu.
d. Dismaturitas bayi. Usia kehamilan 37 minggu luas plasentanya 11 m2. selanjutnya terjad penurunan fungsi akibat tidak berkembangnya atau terjadinya kalsifikasi dan aterosklerosis pembuluh darah. Penurunan kemampuan nutrisi plasenta menimbulkan perubahan metabolisme menuju anaerobic. Pada keadaan ini terjadi badan keton dan asidosis, gejala Clifford, pada kulit terjadi substanfet berkurang, otot makin lemah, dan berwarna mekoneum. Kuku tampak tajam dan kulit keriput. Tali pusat lembek, mudah tertekan dengan disertai oligohidramnion.
Masalah yang dihadapi pada kehamilan lewat waktu meliputi identifkasi resiko pada janin, waktu yang tepat untuk melakukan persalinan, dan menentukan persalinan pervagina versus per abdomen. Risiko kehamilan sulit dipastikan dan menjurus pada risiko kematian janin intauterin. Persalinan dipercepat karena terjadi preeklampsia/ eklampsia, ibu dengan hipertensi, ibu dengan diabetes mellitus, ada gangguan tumbuh-kembang janin intrauterine, dan factor kematangan serviks.
3. Pertolongan
Pertolongan yang diberikan pada gangguan ini adalah dengan induksi oksitosin dan seksio sesarea. Seksio sesarea dilakukanbila da tanda asfiksia intrauterine, makrosemia, kelainan letak janin, riwayat obstetric buruk, induksi gagal, infertilitas primer-skunder, ibu dengan penyakit tertentu.
Pertolongan persalinan di luar rumah sakit sangat berbahaya karena setiap saat memerlukan tindakan operasi. Bahayanya adala janin dapat meninggal mendadak intrauterin, mengalami kesulitan saat pertolongan persalinan karena bahu bayi terlalu besar ( persalinan distosia bahu ). Persalinan distosia bahu sangat berbahaya untuk janin karena paksaan untuk melahirkan bayinya akan menimbulkan trauma persalinan terutama persendian lehernya. Paksaan lagi akan dapat menimbulkan bahaya kerusakan pusat “ vital janin” yang terletak di medulla oblongata dan dapat mengakibatkan matinya janin.
Dengan demikian bidan akan lebih bijak melakukan rujukan untuk mendapatkan pertolongan yang lebih baik. Ingatlah, pada kehamilan lewat waktu plasenta telah sangat mundur untuk mampu memberikan nutrisi dan oksigen kepada janin sehigga setiap saat janin akan terancam gawat janin dan diikuti asfiksia neonatorum yang memerlukan perawatan khusus. Untuk keselamatan ibu dan bayinya sebaiknya dilakukan rujukan ke rumah sakit dengan fasilitas yang lebih baik.
III. Gawat Darurat in Partus
  • EMBOLI AIR KETUBAN
1. Pengertian
Emboli air ketuban adalah komplikasi yang jarang terjadi pada persalinan tetapi kejadiannya tidak dapat diduga, tidak dapat dihindari, sangat berbahaya, dan sulit untuk diobati dengan baik. Perisiwa ini dikemukakan pertama kali oleh Meyer ( 1927 ). Kejadiannya satu diantara 80.000 dan 800.000 persalinan.
2. Predisposisi
Factor predisposisi Emboli air ketuban meliputi multiparitas wanita gemuk, persalinan dengan oksitosin drip, persalinan presipitatus ( kurang dari 3 jam ), pada IUFD atau Missed abortion. Bila dilihat dari waktu kejadiannya, kondisi ini dapat terjadi pada persalinan spontan, persalinan dengan seksio sesarea, dan waktu terjadi rupture.
Gambaran klinisnya berupa trias gejala yaitu ketuban pecah, diikuti sesak nafas, dan syok, serta diikuti perdarahan. Emboli air ketuban menyebabkan komplikasi dan gejala klinis yang bersumber dari kardiovaskuler, gangguan pembekuan darah, dan koagulasi intravascular.
3. Mekanisme Kolaps Kardiovaskuler
Air ketuban yang terisap dengan benda padatnya ( rambut lanugo, lemah, dan lainnya ) menyambut kapiler paru sehinggaterjadi hipertensi arteri pulmonum, edema paru, dan gangguan pertukaran oksigen dan karbon dioksida. Akibat hipertensi pulmonum menybabkan tekanan atrium kiri turun, curah jantung menurun, terjadi penurunan tekanan darah sistemik yang mengakibatkan syok berat. Gangguan pertukaran oksigen dan karbon monoksida menyebabkan sesak nafas, sianosis,dan gangguan pengaliran oksigen ke jaringan yang mengakibatkan asidosis metabolic dan metabolisme anaerobic.
Edema paru dan gangguan pertukaran oksigen dan karbon monoksida menyebabkan terasa dada sakit – berat – dan panas, penderita gelisah karena kekurangan oksigen, dikeluarkannya histamine yang menyebabkan spasme bronkus, pengeluaran prostaglandin dapat menambah spasme bronkus dan sesak nafas.
Terjadi refleks nervus vagus yang menyebabkan bradikardia dan vasokontriksi arteri koroner yang menimbulkan gangguan kontraksi otot jantung dan dapat menimbulkan henti jantung akut. Manifestasi keduanya menyebabkan syok dalam, kedinginan, dan sianosis. Kematian dapat berlangsung sangat singkat dari20 menit sampai 36 jam.
4. Gangguan Pembekuan Darah
Partikel air ketuban dapat menjadi inti pembekuan darah. Factor X atau musin /lender dan debris air ketuban dapat menjadi trigger terjadinya koagulasi intravaskuler, mengaktifkan system fibrinolisis dan bekuan darah sehingga terjadi Hipofibrinogemia dan menimbulkan perdarahan dari beas implantasi plasenta. Kekurangan oksigen dan terjadinya metabolisme anaerobic dalam otot uterus menyebabkan atonia uteri sehingga terjadi perdarahan. Kedua komponen ini dapat menimbulkan syok dan terjadi kematian dalam waktu sangat singkat sebelum sempat memberikan pertolongan adekuat.
5. Penatalaksanaan
Upaya Preventif :
Upaya preventif dengan memperhatikan indikasi induksi persalinan. Memecah ketuban saat akhir his sehingga tekanannya tidak terlalu besar dan mengurangi masuk ke dalam pembuluh darah, tangan tetap di dalam untuk mengurangi aliran air ketubannya. Saat seksio sesarea dilakukan pengisapan air ketuban perlahan sehingga dapat mengurangi asfiksia intrauterine dan emboli air ketuban melalui perlukaan lebar insisi operasi.
6. Pengobatan
Tindakan umum yang dilakukan adalah segera memasang infuse di dua tempat sehinga cairan segera dapat diberikan untuk mengatasi syok. Selain itu memberikan oksigen dengan tekanan tinggi sehingga dapat menambah oksigen dalam darah. Untuk jantung dapat diberikan resusitasi jantung dengan masase dan mesin kardipulmonari, pemberian digitalis, atropine untuk mengurangi vasokontriksi pembuluh darah dan paru, vasopresor ( isoprotrenol ), dan diuretic untuk mengurangi edema. Untuk paru, obat spasmolitik papaverin yang mengurangi spasme bronkus dan pembuluh darah paru. Untuk syok anafilaksis diatasi dengan pemberian antihistamin ( prometazine ) dan kortison dosis tinggi. Untuk koagulasi intravaskuler dipertimbangkan untuk memberikan heparin.
Keberhasilan pengobatan dan pengalaman untuk mengatasi emboli air ketuban tidak banyak dan waktu meninggal sangat singkat, kurang dari setengah jam. Jadi tidak sempat berbuat banyak untuk menolong. Karena itu berhati-hatilah saat memecahkan ketuban dan tangan harus tetap di dalam sehingga aliran air ketuban dapat dikendalikan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar